Selasa, 08 September 2009

Wanita Indonesia dan Konteks Emansipasi: Perjuangan Mengaktualisasikan Diri dan Menjalankan Peran Kodrati

Membicarakan wanita Indonesia yang dikaitkan dengan nama RA Kartini pastilah yang terlintas kata “emansipasi”. Tuntutan akan kesamaan hak antara wanita dan pria dan kenaikan derajat kaum wanita di masyarakat. Pandangan dan budaya masyarakat kolot yang seolah menempatkan wanita berada pada anak tangga dibawah kaum pria menjadi salah satu alasan lahirnya istilah emansipasi di Indonesia.

Telah dilalui 105 tahun (17 september 1904) sejak wafatnya Kartini,kemudian apakah yang berubah pada posisi dan kondisi wanita Indonesia? Banyak hal berubah kearah positif bagi wanita Indonesia, suara keras tentang kesetaraan gender dari barat lebih mendominasi pengaruh pada “tampilnya” wanita Indonesia. Emansipasi versi Kartini dan kesetaraan gender dengungan barat apakah merupakan konsep yang sama?

Makna emansipasi yang disuarakan Kartini adalah penaikan derajat wanita dengan dibukanya belenggu-belenggu budaya kolot yang mengekang kebebasan wanita dalam konteks yang sepantasnya untuk mengejar peluang-peluang yang ada dengan tetap tidak mengesampingkan kodrat utama seorang wanita sebagai istri dan ibu, nyawa dalam sebuah keluarga. Konsep emansipasi yang lebih ditekankan Kartini adalah terbukanya akses pendidikan yang setaraf dengan laki-laki untuk kaum wanita, kesempatan untuk memiliki karir di luar sesuai dengan bidang yang mereka kuasai, dan kebebasan mengeluarkan pendapat serta memiliki keterwakilan dalam kehidupan bermasyarakat.

Kesetaraan gender yang didengungkan barat, menuntut posisi yang sama antara pria dan wanita dalam berbagai bidang. Tidak ada pembeda perolehan hak berdasarkan jenis kelamin. Wanita dalam konteks kesetaraan gender ini dipacu untuk dapat mengejar setiap peluang dalam mengaktualisasikan dirinya dengan sebesar-besarnya. Mengejar karir di segala bidang dengan setinggi-tingginya dan mampu menduduki posisi-posisi yang dulu mungkin hanya disediakan untuk kaum pria.

Kedua konteks emansipasi yang diperjuangkan adalah hampir sama. Memperjuangkan bagaimana wanita bisa mengakses berbagai macam hak sebagai warga negara dan warga masyarakat sebagaimana yang didapatkan kaum pria, sehingga memiliki peluang untuk dapat mengaktualisasikan dirinya. Kesempatan mengaktualisasikan diri bagi wanita Indonesia telah terbuka lebar, baik dari bangku sekolah, karir pekerjaan, hingga di pemerintahan.

Mengejar peluang di bangku sekolah atau di bidang pendidikan bukan lagi perkara sulit bagi wanita masa kini. Wanita Indonesia memiliki kesempatan yang sama dengan kaum pria dalam mengakses pendidikan. Wanita Indonesia kini dapat menjalani pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi bahkan menjadi professor. Di bangku sekolah dasar hingga sma, kebanyakan pelajar dengan nilai-nilai cemerlang di kelas adalah wanita, faktor keuletan dan kerajinan seperti menjadi nilai lebih dari pelajar wanita, tentu ini hanyalah pendapat pribadi saja.

Didalam pekerjaan kini tidak ada bentuk diskriminasi apapun bagi wanita untuk menduduki posisi jabatan dan jenjang karier, beberapa jenis pekerjaan yang dahulu hanya disediakan bagi kaum pria pun kini dapat dilakukan oleh wanita. Seolah dunia pekerjaan telah sangat ramah kepada wanita, memang mungkin benar adanya demikian. Beberapa perusahaan besar telah menyediakan ruang menyusui bagi Ibu, dan memberikan cuti hamil atau menyusui. Karier di pemerintahan, sekarang dapat kita sebutkan banyak menteri di cabinet pemerintahan Indonesia yang dijabati oleh perempuan-perempuan hebat, kepala lembaga atau badan pemerintahan pun banyak dikepala oleh wanita. Yang kerap menjadi dilema bagi perempuan untuk memanjangkan langkah kariernya adalah tuntutan untuk juga mengambil peran besar dalam keluarga.
Kekhawatiran akan adanya trade off antara keberhasilan rumah tangga danmenjalankan intuisi sebagai seorang ibu dengan hasrat untuk menapaki karier menjadi salah satu penghambat internal bagi wanita untuk berkarier diluar.

Keterwakilan bagi wanita Indonesia didalam pemerintahan dalam kehidupan politik sudah lebih baik, jatah 30% bagi anggota legislatif perempuan dapat meningkatkan peran wanita di kancah politik. Adanya keterwakilan perempuan di legislatif setidaknya memastikan ada hak-hak perempuan yang mungkin hanya dipahami esensinya oleh kaumnya sendiri yang dapat diperjuangkan. Evaluasi dari posisi wanita di kancah politik adalah ternyata kuota ini masih dirasa kurang, dan kesadaran wanita Indonesia untuk berpolitik masih kurang, sehingga belum memaksimalkan perolehan haknya untuk memilih dan dipilih dalam kancah politik.

Memaknai perjuangan mengaktualisasikan diri, sering kali dianggap oleh wanita modern sebagai bentuk kebebasan yang seluas-luasnya. Wanita modern banyak yang kini dikenal sebagai wanita karier, ketika memiliki jenjang jabatan yang tingi dan kesibukan diluar rumah yang luar biasa padat. Seringkali peran kodrati yang Tuhan sediakan kepada wanita sebagai seorang istri, ibu, dan penyeimbang dalam rumah tangga menjadi terlupakan ketika perjuangan mengaktualisasikan diri di luar menjadi begitu sangat menarik bagi wanita, trade off antara keduanya.

Peran kodrati yang wanita emban sebagai seorang istri dan ibu, bukanlah peran kecil yang dianggap sebagai salah satu bentuk belenggu bagi wanita untuk maju. Disinilah kelebihan wanita yang sesungguhnya dibanding kaum pria. Peran wanita dalam sebuah keluarga sangatlah penting, sebagai pendamping pria, didalam rumah tangga wanitalah yang memegang peranan akan maju mundurnya perekonomian rumah tangga tersebut, menjalankan peran alokasi, manajerial hingga membantu dalam kegiatan menghasilkan pendapatan. Peran sebagai Ibu, adalah peran paling istimewa seorang wanita, karena sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas lahir dan tumbuh dari peran seorang Ibu.

Memperjuangkan segala kesempatan untuk mengaktualisasikan seperti yang saya sebutkan adalah suatu hal yang memang patut dilakukan wanita Indonesia. Memiliki kemampuan dan kapasitas dengan terbuka nya kesempatan membuat wanita Indonesia memang seharusnya lebih keras berjuang untuk dapat mengambil posisi dalam segala hal. Wanita Indonesia harus aktif mengejar peluang bukan hanya menunggu kesempatan diberikan dan dibukakan jalan.Wanita Indonesia adalah mampu dan memang harus mampu memperjuangkan sendiri derajatnya dalam kehidupan, karena wnita Indonesia berhak dan layak untuk posisi apapun. Namun, Di lain sisi, peran besar yang menjadi kodrat seorang wanita, sebagai istri dan Ibu adalah peran besar yang tetap harus dijalakan perempuan Indonesia, jadikan peran kodrati tersebut sebagai kekuatan wanita bukan sebagai belenggu yang menghambat langkah setiap wanita Indonesia.

it is not a new post, its mine and has been published in Kanopi's media. As i think this blog is made for sharing a beautiful-educated thinkings that related with woman, so i just want to share you all, about this post...

Selasa, 25 Agustus 2009

time to dyne up



hey blogger, it's very first time for me to introduce this concept of womanhood that im longing to share. Bukan Cewek Cetakan (BCC) is a simple idea to identify girls/woman/female (whatever u wanna call it) with trully integrity of faith, knowledge, and 3 B's perfect combination inside herself without willing to make her position as beautiful creation of god become commodity of urban demand. BCC is a teasing allusion for most girls which have same form, same pose, and same identity as a product of lifestyle and you can find them everywhere. Circulating rumours said it was so boring when you meet a kind of girls like this (we can call them) "cewek cetakan". Trust me this blog and all next posting is not going to insult them in any way, i do believe with our integrity we'll gather all sources, wisdom, knowledge, story that can make us grow together as an independent & real with solid identity as a human being called woman.



But after all...im dina, peoples used to call me dyne, i start to heart this name because dyne meaning power or force, (wikipedia). When informed that dyne is defined as "the force required to accelerate a mass of one gram rate of one centimetre per second squared": 1 dyn = 1 g·cm/s² = 10−5 kg·m/s² = 10 µN, i know this name is gonna be a great to boost my mood.


If Alicia Moore said most girls want a man with the mean green,
i'd like to say...y'al get your own mean 'dyne'.


Why we have to be the victim of society's sight with their marginal value of beauty and prototype standard, we can be 'something' with statement look and thoughts. Anyway, So here I am writing to announce that BCC is the new statement. Time to dyne up!

Senin, 24 Agustus 2009

Being A Special Happy Woman


Just gonna say, Hi! to the world, where live lots of women. i am just one of this big population but so sorry if i have to say that i am NOT part of big common women community.
i do, care about physical appearance, care about fashion, the newest gossip, i do care about how men think about me, but i see those things in my uncommon way, my classy thinking about life, because i am not common woman, i am BUKAN CEWEK CETAKAN!
maybe, i am not too beautiful so that man will stare at me if i am walking around, but i know how to make myself more valuable than having big boobs and ass.
i always try hard to fulfill my HEAD with knowledges, fill my heart with positive feeling about life and others, sharp my instinct about how to survive in this wild life as a special woman.

i just believe in one thing, as a woman,i can be more valuable with everything inside my heart and my head than with everything that appear outside in my face and my body, though its also important to be cared of, but not on my top priority..

just be special, and value your self more as a woman by being knowledgeable..

Pengikut